Destiny | Chap 6
2min
MinhoxTaemin
Author: Albatroz
Happy Reading..
Sebelumnya..
Taemin PoV
“Tak bisakah kau tak bertele tele? Sebutkan saja apa yang harus aku lakukan dan aku akan melakukannya” ucapku akhirnya dan lagi Suho kembali tertawa. Jika aku tidak membutuhkan info darinya mungkin aku sudah mematahkan lehernya
“Sabarlah sedikit kita hampir sampai dan kau akan mengerti” ucapnya sambil menepuk pahaku
~Destiny Chap 6~
Author PoV
Untuk kesekian kalinya Kai menghela nafas berat sambil duduk menyandarkan tubuhnya. Matanya terpejam dengan tangan yang bergerak memijit pangkal hidungnya. Tak jauh berbeda dengan wanita perawat yang disewa Kim ahjumma untuk mengawasi Taemin, ia berdiri gelisah sambil menggigiti kuku jarinya. Suasana hening juga aura gelisah terasa sangat ketara di ruangan ini, ruang dimana Taemin dirawat sebelumnya.
‘cklek'
Kai dan sang perawat sontak menoleh saat mendengar pintu terbuka. Memunculkan sosok wanita parubaya yang mereka tunggu sedari tadi dan juga seorang lelaki parubaya yang sangat Kai kenal
“Dimana Taemin?” tanya Kim ahjumma lembut
Kai membangkitkan tubuhnya dan menatap sang umma
“Dia sudah pulang” jawab Kai
“Maaf kan aku, aku telah lalai Nyonya Kim” ucap perawat itu tiba tiba sambil menunduk, ketakutan jelas tersirat dari sikapnya
“Kenapa dia pulang? apa dia sudah benar benar sembuh?” tanya lelaki parubaya itu membuat Kai menoleh padanya
“Kau terlihat sangat mengkhawatirkannya appa” ucap Kai menatap sang appa, lelaki parubaya itu
“Apa maksudmu Kai?” tanya sang appa dengan wajah bingungnya
“Lupakan, kau memang sudah sewajarnya mengkhawatirkan emasmu bukan?”
“Kai!” panggil Kim ahjumma pada anaknya dengan nada tingginya, namun Kai tak bergeming ia masih diam melayangkan pandangan tajamnya pada sang appa.
“Yeobbo sudahlah ayo lebih baik kita ke rumah Taemin untuk melihatnya” lagi Kim ahjumma mencoba mencairkan suasana tegang antara anak dan suaminya itu
“Taeyeon apa kau yakin Taemin pulang?” tanya Kim ahjumma pada perawat yang sedari tadi hanya diam menunduk
“Saya kurang tau, saya tidak berhasil mengejarnya, maafkan saya nyonya Kim” terang Taeyeon
“Hmm baiklah” Kim ahjumma segera melesat pergi dengan menarik lengan sang suami
☆☆☆☆☆
Mobil hitam metalic itu berhenti pada sebuah gedung yang tak terlalu besar. Gedung yang hanya memilik tiga lantai dengan dominan warna hitam juga minim penerangan. ‘TEKKEN' Itu yang tertulis besar pada bagian atas pintu masuk.
Suho dan Taemin turun dari mobil saat sang supir telah membukakan pintu. Taemin menatap sekitar, merasa asing dengan daerah ini, banyak orang berlalu lalang dengan wajah sangar, bahkan ada beberapa wajah turis. Ia tak tau jika ada gedung seperti ini di daerah yang cukup jauh dari kota. Gedung yang hampir menyerupai club malam dengan wanita berpakaian minim yang berlomba mendapatkan mangsa.
Suho terus melangkah dengan Taemin, menyusuri lorong yang cukup panjang. Lorong yang sepi juga hening hanya suara derap langkah kaki Taemin dan Suho juga pengawal Suho yang mengiringi mereka. Suho menekan tombol pada samping pintu lift, tak perlu waktu lama lift itu terbuka dan mereka langsung memasuki lift.
‘Ting'
Pintu lift kembali terbuka dan membawa mereka pada ruangan besar dengan bentuk melingkar. Salah satu sisi dindingnya terbuat dari kaca yang menampilkan sisi tengah gedung ini hingga lantai dasar. Kursi kursi mewah nampak tertata rapi mengelilingi kaca itu seakan memang disediakan untuk melihat sesuatu di balik kaca. Tempat yang memiliki desain seperti sebuah stadion.
“Selamat datang Mr.Kim” sapa sesorang lelaki tinggi dengan logat China yang sangat kental. Sama seperti Suho, dibelakangnya berdiri dua orang berpawakan besar.
“Oh halo Mr. Kris kau datang sangat awal, sepertinya kau sangat mempersiapkanya” jawab Suho dengan seyuman lebarnya
Taemin bisa merasakan aura persaingan yang sangat ketara diatara mereka. Dia hanya diam sambil menatap sekitar tak terlalu ingin tau tentang dua orang berduit didepannya
“Tentu, seorang pemenang selalu mempersiapkan segala sesuatu terlebih dahulu bukan?” lelaki yang Suho panggil Kris itu tersenyum miring sambil memasukkan kedua tangannya pada saku celana
“Kau sangat percaya diri Mr. Kris, semoga itu tak menjadi bomerang yang menyerang dirimu sendiri” Suho menjawab dengan tenang
“Akan kupastikan itu tidak akan terjadi”
“Jadi siapa dia? Apa pasangan barumu? tak kusangka kau juga pecinta sesama, tapi seleramu tak buruk. Dia sangat manis” sambung Kris sambil mengamati Taemin, matanya menelisik pada tubuh Taemin kemudian kembali menatap pada Suho.
Taemin mengepalkan tangannya menahan emosi. Ingin rasanya ia menghantam wajah itu hingga tak berbentuk. Tapi Taemin masih terlalu sadar itu hanya akan merumitkan masalah.
“Gay atau tidak tak masalah bagiku. Tapi sayangnya dia bukanlah pasangan ku dalam percintaan sesama jenis melainkan pasanganku dalam pertarungan kali ini” jawab Suho yang membuat Kris terkejut dan tersenyum meremehkan
“Dia yang akan maju ke arena” sambung Suho dengan penekanan
“Sepertinya kau menggali lubang untuk dirimu sendiri, apa kau lupa bagaimana milikku?” jawab Kris dengan expresi yang membuat Taemin menaikan satu alisnya terlalu muak melihat tingkah sombong lelaki didepannya ini
“Aku sangat ingat Mr. Kris” jawab Suho sangat tenang bahkan ia masih menyunggingkan senyumnya
“Lalu apa yang membuatmu begitu percaya diri untuk membuatnya maju ke arena?” Suho melangkah mendekati Kris sebelum menjawab ucapan rivalnya itu
“Apa kau tau kenapa kelinci bisa kalah dengan kura-kura Mr. Kris?” tanya Suho sambil memiringkan kepalanya
“Kau bahkan tak lebih seperti kelinci yang terlalu menyombongkan diri” sambung Suho sambil menggerakkan tangannya pada bahu Kris seakan membersihkan debu disana membuat rahang Kris langsung mengeras
“Aku punya nasehat untukmu Mr. Kris…. jangan pernah melihat sesuatu dari luarnya saja dan jangan meremehkan hal kecil” lagi Suho berucap yang berhasil membuat Kris menatapnya geram. Suho hanya tersenyum melihat reaksi Kris yang sesuai dengan harapannya. Ia melangkahkan kaki meninggalkan Kris setelah memberi beberapa tepukan pada bahu Kris
Taemin dan pengawal Suho yang sedari tadi diam ikut melangkah meninggalkan Kris mengikuti Suho. Tepat saat melewati Kris, Taemin bisa merasakan tatapan tajam itu padanya. Namun ia hanya menghiraukannya dan terus berjalan mengikuti Suho.
Suho berhenti di salah satu kursi mewah itu, ia berdiri menatap pada luar jendela. Taemin masih diam ikut menatap arah pandang Suho. Barulah ia sadar bentuk gedung ini. Gedung yang benar benar mirip dengan stadion dimana banyak tempat duduk yang melingkar mengelilingi satu tempat yang ada di tengah. Telah banyak orang disana yang tengah bersorak sorai seperti menantikan sesatu.
Suho mengehela nafasnya sebelum mendudukkan tubuhnya pada kursi, melipat dengan elegan kakinya beriringan dengan seorang pelayan cantik berpakaian terlampau mini yang datang sambil membawa nampan berisikan beberapa botol wine, meletakkannya pada meja kecil didepan kursi. Suho melepar senyum manisnya pada sang pelayan membuat pelayan itu membalas dengan senyum centilnya sebelum melangkah pergi, hal yang sangat wajar terjadi ditempat seperti ini
“Duduklah Taemin dan buatlah dirimu nyaman disini” titah Suho
Tak ada balasan, Taemin hanya diam dan langsung duduk pada kursi disamping Suho meskipun kini ia merasa bingung dengan apa yang Suho inginkan darinya
“Lelaki tua yang duduk tiga kursi dari sini ia adalah Mr. Hong, mafia dari Taiwan. Lelaki tua yang suka bermain dengan wanita jalang. Mr. David. Dia orang Belanda ia duduk di samping kanan kursi Kris. Mantan tentara dan sekarang dia adalah bos besar dalam bisnis senjata juga narkoba. Dan yang kita temui tadi dia adalah Mr. Kris. Sama dengan diriku ia adalah pemilik gudang senjata terbesar dinegaranya. Dia yang mengalahkanku tahun lalu. Aku hanya menyebutkan nama nama yang harus kau waspadai nanti. Tapi jangan sepelehkan yang lain” ucap Suho panjang lebar. Matanya menatap lurus pada arena sedangkan Taemin matanya bergerak melihat setiap orang yang dimaksud Suho
“Sekarang yang perlu kau lakukan untukku adalah diam dan amati setiap hal yang terjadi di arena karna itu yang akan kau lakukan besok, membuat namaku diingat orang yang ada disini sebagai orang terkuat. Kau hanya perlu berdiri di tengah arena dan kalahkan siapa saja yang berdiri dihadapanmu nantinya. Harus kau ingat aku tak ingin kekalahanku terulang. Jika kau menang kau mendapatkan apa yang kau mau” sambung Suho
“Kenapa kau memilihku?” ucap Taemin menatap Suho
“Bagaimana jika aku kalah?” sambungnya membuat Suho menoleh dan mendengus
“Aku tau kau tak akan kalah. Bukankah kau sangat menginginkan informasi yang aku punya? Jadi jangan biarkan dirimu kalah” ucap Suho sambil menuangkan wine pada dua gelas dan memberikan satu pada Taemin
Taemin menghela nafas dan menerima wine itu lalu meneguknya dalam sekali teguk, sedikit meringis merasakan tenggorokkannya yang seperti dibakar. Berbeda dari wine yang biasa menyapa tenggorokkannya. Taemin meletakkan gelas itu pada meja lalu menoleh pada balik kaca. Sesorang telah berdiri ditengah arena sambil membawa mic. Haruskah ia melakukan ini? Bagaimana jika Suho hanya memanfaatkannya? Bagaimanapun ia belum mengenal Suho sepenuhnya
“Kau yakin tak membohongiku?” tanya Taemin memastikan sesuatu
“Aku tidak sebrengsek itu” jawab Suho setelah meneguk habis winenya
“Apa jaminan untukku jika kau membohongiku?”
“Kepalaku. Kau bisa memenggal kepalaku jika kau tidak mendapatkan apa yang kau mau” jawab Suho sambil tersenyum
☆☆☆☆☆
Hembusan angin kecil muncul bersamaan ketika tubuh Minho mulai mendekat pada dataran berselimutkan rerumputan hijau yang lembut. Sayapnya perlahan menutup dan hilang menampilkan punggung lebarnya. Pijakan kaki Minho yang ringan membuat beberapa rumput itu sedikit merunduk membentuk pola kaki Minho hingga beberapa detik kemudian kembali lagi seperti semula. Tubuh tegap itu berhenti sejenak menatap sekitar pada pohon kesayangannya. Sedikit mendesah saat ia tak menemukam seseorang yang sebenarnya sedikit ia rindukan. Seorang lelaki bermata sipit yang selalu mengganggu istirahatnya. Jinki, hyung kesayangannya.
Satu langkah lagi kemudian membawa tubuhnya terduduk sambil menyandarkan punggungnya pada batang pohon. Minho memejamkan mata membawanya pada penglihatan lainnya.
Seorang bocah kecil yang akan menjadi targetnya beberapa bulan kedepan, tindakannya yang selalu mencuri juga melawan orang tua itulah yang membuat Minho mendapat tugas mencabut nyawanya. Tapi berbeda dengan rencana awalnya untuk mencabut nyawa bocah itu dengan sadis, kemungkinan besar saat itu tiba ia akan mencabut nyawa itu hanya dengan sedikit kesakitan karena perubahan sikap sang bocah yang semakin hari menunjukkan perubahan yang lebih baik. Hanya karna arahan sang kakak yang tak pernah berhenti mencoba merubah adiknya, bocah itu akhirnya perlahan menyadari kesalahanya dan menjadi bocah baik.
Entah bagian mana yang membuat Minho teringat pada Taemin, otaknya berputar pada setiap perjalanan hidup Taemin yang ia lihat selama ini. Memang tak ada yang menasehatinya, Taemin telah menutup hidupnya, tak pernah terbuka pada orang lain tentang apa yang dirasakannya hingga ia menyimpulkan sendiri tentang hidupnya. Tak ada yang mengetahui tentang bagaimana perilaku Taemin, tentang kehancuran yang Taemin buat sendiri. Ia menutup itu dari semua orang, merasa ini adalah hidup dan takdirnya. Minho membuka mata, memandang hampa pada sang langit yang menampilakan pergerakkaan awan. Jika saja Taemin memiliki seseorang yang memahaminya yang mengerti segalanya tentang Taemin juga seseorang yang bisa membuatnya berubah seperti kakak sang bocah itu mungkin saja Taemin juga bisa berubah secara perlahan. Ya bisa saja.
Minho bangkit mendudukkan tubuhnya, wajahnya seakan baru saja memenangkan lotre besar, matanya berbinar hingga otakknya kembali membawanya sadar, memaksanya untuk merubah wajahnya yang berbinar menjadi berbanding terbalik. Berbagai pertanyaan mulai menghinggapi otaknya, tentang mengapa dan untuk apa ia memikirkan targetnya sejauh ini. Tak ada urusan juga hak untuk dia melakukan ini. Tapi bolehkah ia untuk saat ini berpikir sama seperti Taemin? Berpikir tentang apa yang terjadi saat ini adalah takdir.
☆☆☆☆☆
Taemin turun dari mobil menyapa angin malam yang siap berhembus menusuk tubuhnya dengan hawa dingin. Setelah hampir tiga jam ia hanya duduk termangu melihat orang saling membunuh membuatnya benar benar muak dan buruknya ia akan menjadi salah satu dari mereka besok
“Besok jam 8 malam aku akan menjemputmu jadi siapkan dirimu Taemin” ucap Suho dari dalam mobil. Taemin hanya bergumam sambil mengangguk kecil sebagai sahutannya dan mobil itu akhirnya melesat pergi
Taemin berbalik melangkahkan kaki menuju rumahnya, dia berhenti sejenak mengamati lampu teras rumahnya yang berkedip membuat rumahnya terlihat mengerikan. Ia rasa ia harus mengganti lampunya itu setelah ini. Taemin baru saja merogoh saku celana mencari kunci rumahnya sebelum sebuah suara mengagetkannya
“Aku rasa kau perlu mengganti lampu rumahmu”
Sontak Taemin berjenggit kaget dan segera menoleh melihat siapa yang tengah mengagetkannya
“Hai Taemin kita bertemu lagi, jadi disini rumahmu?” ucap orang itu lagi tak memperdulikan wajah Taemin yang bingung menatapnya
“Minho?” ucap Taemin
“Ya?” sahut Minho
Ya Minho yang tengah berdiri dihadapan Taemin saat ini dengan senyuman yang jujur saja membuat Taemin kembali terpesona akan wajahnya
“Kenapa kau ada disini?” tanya Taemin mencoba bersikap tenang
“Apa ada masalah?” jawab Minho dengan pertanyaanya yang membuat Taemin kesal
“Aku hanya bertanya” geram Taemin
“Hanya jalan jalan mencari udara segar”
“Di tengah malam?”
Dan Minho hanya mengedikkan bahunya sambil tersenyum. Ayolah bahkan sekarang sudah tengah malam, tapi mugkin saja ia sedang dalam kekalutan yang membutuhkan angin malam untuk mendinginkan otaknya. Ya itu mungkin saja.
“Apa rumahmu berada disekitar sini?”
“Tidak, rumahku cukup jauh jadi bolehkah aku menginap dirumahmu untuk sementara?”
☆☆☆☆☆
Entah apa yang membuat Minho mengatakan itu dan membuat dirinya terduduk pada sofa di ruang tengah rumah Taemin. Meski Taemin memandang Minho sebegitu menelisik, ia tetap mengijinkan pemuda yang baru ia kenal itu menginap dirumahnya. Minho tau ada keraguan di mata Taemin saat mengijinkan kakinya memasuki rumah bercat putih itu. Alih alih mengurungkan niatnya dan berputar berbalik arah ia justru menyamankan posisinya.
“Kau seorang dokter?” Minho berdiri membawa kaki jenjangnya melangkah mengitari ruangan ini, matanya sedikit mencuri pandang pada ruangan sebelah dimana Taemin menerima pasiennya, hanya sedikit berbasa basi untuk memecahkan keheningan. Menyembunyikan fakta bahwa Minho telah mengetahuinya
“Dokter hewan” jawab Taemin, Minho hanya mengangguk, membalikan badannya dan mendapati Taemin membawa dua kaleng minuman yang ia yakini itu adalah bir
“Jadi dimana rumahmu? Apa kau orang baru didaerah sini? Aku tak pernah melihatmu sebelumnya” ucap Taemin sambil memberikan satu kaleng berembun itu. Tangan Minho dengan reflek tergerak mengambilnya
“Bukankah sudah kukatakan rumahku jauh”
Minho ikut mendudukan tubuhnya kembali mengikuti Taemin. Bahkan ketika pemuda dihadapan Minho telah menghabiskan minumannya dengan wajahnya yang pucat Minho tak berminat meminumnya hanya memainkannya, melempar lempar kecil ditangan lebarnya. Minho bergeming ketika sorot mata almond itu mulai menatapnya dengan kerutan pada dahinya
“Sejauh apapun itu mungkin hanya berbeda beberapa blok dari sini tak mungkin kau berjalan melebihi tiga kilometer” Taemin menyandarkan punggungnya sambil melipat kaki dengan bentuk ramping itu
“Sangat jauh, bahkan tak bisa kau hitung, aku yakin kau tak mengenal daerah rumahku” Minho meletakkan kaleng yang tak lagi berembun itu pada meja, matanya kini beralih menatap Taemin ketika mendengarnya mendengus
“Anggap saja aku percaya, apa kau tak bisa minum bir? Tenanglah itu bir dengan kadar alkohol rendah jadi kau tak akan mabuk”
“Aku masih menyayangi hidupku” kini posisi Minho sama seperti Taemin, duduk sambil menyandarkan punggung dan kaki yang saling bertumpu
“Kau sangat monoton sekali Tuan, apa kau muncul dari peradaban lama? Gaya berpakaianmu pun juga, ya memang kita baru beberapa kali bertemu tapi aku yakin kau tak pernah berganti gaya pakaian” mata Minho masih berfungsi dengan baik saat melihat dahi Taemin berkeringat juga melihat senyum yang terbentuk pada bibir pucat itu, mengabaikan ucapan Taemin tentangnya
“Aku menerima pujianmu Tuan Lee” ucap Minho sambil tersenyum membuat Taemin sedikit terhenyak, meski samar Minho bisa menangkap itu
“Sebenarnya kau siapa Minho? Kenapa kau mengetahui tentangku?” atmosfir berganti, Taemin mulai menelisik Minho membuatnya tersadar ia terlalu jauh tentang ini. Ia berusaha mengumpulkan alasan yang benar benar rasional kenapa dirinya bisa duduk dan berbicara sebanyak ini pada Taemin, targetnya
Minho mengambil nafas berharap mencoba memasok kembali udara pada paru parunya
“Tidak hanya kau, aku mengetahui semua orang karna itu pekerjaanku”
“Mata mata?”
“Sependek itukah pemikiranmu?”
“Terima kasih, aku hanya menebak jadi jelaskan padaku”
“Semacam pengamat, mengamati perkembangan setiap orang, menyimpulkannya dan melaporkannya pada atasan”
“Aku rasa aku mengerti, dimana kau bekerja?” lagi seperti seorang polisi yang sedang mengintrogasi pencuri. Taemin terus menghujani pertanyaan pada Minho yang membuat Minho harus membolak balik otaknya untuk mencari jawaban tanpa harus berbohong. Apa malaikat boleh berbohong? Jika iya mungkin sedari tadi Minho telah dengan santai mengucapkan rangkaian ceritanya pada Taemin
Minho melirik Taemin, mata almond itu memang menatapnya tajam tapi tak lebih tajam saat ia bertemu dengan Taemin sebelumnya. Mata itu kini terlihat lebih sayu tapi Minho tak bisa bersilat lidah pada dirinya sendiri bahwa Taemin terlihat manis walau dengan kondisi seperti ini
“Kau seperti mengintrogasi seorang penjahat Taemin” ucap Minho akhirnya
“Bukankah itu wajar, hanya ingin memastikan aku tak salah mengijinkanmu menginap disini”
“Apa yang kau takutkan? Aku berbuat jahat? Mencuri atau membunuhmu? Bukankah kau bilang kau tak takut pada kematian?” Taemin tercekat mendengar ucapan Minho, sejauh inikah pekerjaan Minho hingga tau tentang dirinya sekian detail. Ia bahkan tak ingat pernah mengatakan itu pada Minho.
Jika tidak dengan kondisi tubuh yang membuatnya berteriak ingin segera diistirahatkan seperti saat ini mungkin Taemin sudah menendang keluar lelaki bertubuh jangkung ini
“Bukankah waspada masih sangat diperlukan?” ucap Taemin
“Percayalah padaku aku bukan orang jahat aku hanya ingin menumpang istirahat disini, jika aku berbohong kau bisa melemparku pada kandang macan” Minho berucap tenang berbanding terbalik dengan hatinya kini yang masih mencari alasan kenapa ia bisa pada situasi seperti ini
“Baiklah tapi aku hanya punya satu kamar dan aku tak suka berbagi kamarku dengan orang lain jadi tidurlah disini” ucap Taemin kemudian menegakkan tubuhnya hendak melangkah pergi melewati Minho sebelum sebuah tangan menahan lengannya
“Kau tak bisa menawar jika kau tak mau kau bebas untuk pergi” ucap Taemin menunduk menatap Minho yang masih duduk sambil mencengkram lengannya
“Tidak masalah aku tidur dimana saja, aku hanya sedikit memberi saran minumlah obat demammu dari dokter, tubuhmu sudah seperti perapian” ucap Minho sambil tersenyum
Bagai terkena angin musim semi, Taemin tak mengerti kenapa hatinya terasa hangat saat iris matanya melihat seyuman Minho, juga saat suara berat namun terdengar ringan itu mengalun menyapa gendang telinganya. Berbeda dengan beberapa detik yang lalu saat ia menghujani Minho dengan pertanyaanya
TBC