FF 2MIN/ Old Bicycle : you who in the dark (1) - Kpop Indonesia

FF 2MIN/ Old Bicycle : you who in the dark (1)

Cast : always TaeMinho

Genre : Romance, sweet sweet apple(?), Lullaby story

Rate : PG-13

Summary :  saat Lee Taemin memiliki sepeda tua keberuntungan.  (please thor, ini bukan summary -_- )

 

Catatan : fiksi ini adalah repost dari akun saya sebelumnya yang saya lupa passwordnya -_-. Jadi kalau ada yang merasa sudah membaca fiksi ini, berarti anda berteman dengan akun saya tersebut. dan nantinya akan ada beberapa FF saya disana yang akan saya repost dan remake, lalu melanjutkannya disini.

Ah… sebelumnya saya berterima kasih kepada admin shin eun kyung, yang telah mengijinkan saya memposting FF saya disini.

Peringatan, fiksi ini mengandung unsur senyawa yang bisa memberikan efek lelah dan rasa kantuk pada mata. Cocok dibaca sebagai pengganti obat tidur. Pastikan selimut terpakai dulu sebelum membacanya.

 

 

3

 

2

 

1

 

Seorang pemuda menuntun sepeda tuanya di tengah keheningan malam. Daun daun dari pohon pohon disamping kanan kirinya berbunyi gemerisik. Menimbulkan kesan seram, mengingat ini sudah jam sembilan malam. Pemuda itu masih berseragam, itu tandanya ia baru saja pulang dari sekolah. Yah, jam belajar dinegara ini sangatlah ekstrim. Anak anak SMA baru akan sampai dirumah mereka setidaknya pada pukul sepuluh malam. Padahal jam belajar dimulai pada pukul 7.30 pagi.

“nananana….” pemuda itu bersenandung. Sepeda masih ia tuntun dengan perlahan.

Wajah biasanya, menandakan bahwa ia sudah terbiasa dengan situasi seperti ini. Menuntun sepeda saat pulang sekolah. Bukan karena sepedanya yang rusak, bukan pula karena dia terlalu bodoh untuk membawa sepeda rusak kesekolah. Namun, karena tiap pulang sekolah, sepedanya selalu bermasalah.

“hah… “ ia menghela nafas panjang. Saat iris matanya menangkap sebuah bengkel sepeda yang masih buka dan selalu ia singgahi setiap pulang sekolah di dua bulan terakhir ini. Dengan sedikit tergesa ia menghampiri bengkel tersebut.

“bocor lagi?” tanya seorang pria tua pemilik bengkel tersebut yang lebih menyerupai pernyataan atas keheranannya.

Pemuda itu hanya menjawab, “tidak kek, kali ini rantainya putus…. “ sembari tersenyum miris.  Pria tua itu tak menanggapi,ia hanya menghela nafas pendek. Seolah merasa kasian pada pemuda didepannya, yang selalu sial dengan sepeda tuanya. Kemudian ia segera memperbaiki sepeda pemuda itu dengan cepat sebelum akhirnya ia menutup bengkelnya.

Sembari menunggu, pemuda itu duduk pada kursi kayu. posisi duduknya mengarahkan pandangannya pada sebuah rumah besar didepannya. Walaupun yang terlihat adalah sisi belakang dengan tembok yang cukup tinggi. Namun entah kenapa ia selalu melihat kesana saat menunggu sepedanya selesai diperbaiki. Menunggu sosok gelap itu muncul dan menemaninya berbicara dalam diam.

Tak  butuh waktu lama, sosok yang ditunggunya muncul. Dibalik kaca jendela pada sebuah ruangan dilantai dua yang temaram, membuat sosok itu terlihat seperti siluet yang tampak sempurna. Dan pemuda itu tau, sosok itu melihat kearahnya.

Bermenit menit mereka saling melihat, saling menatap, namun tak ada satupun yang terucap. Hingga suara pria tua mengusiknya “anak muda, sepedamu sudah selesai. Kusarankan, jika sampai besok kau masih di kerjai oleh teman temanmu. Sebaiknya, kau tidak usah bawa sepeda. Minta saja, ayah atau kakakmu untuk menjemput. Jujur saja, aku ini sudah tua. Dan aku tak mungkin membuka bengkel ini lebih lama lagi. aku berencana untuk menutup bengkel ini. Jadi aku minta maaf jika dilain waktu aku tak bisa menolongmu lagi. “ suara serak kakek tua itu menyentuh pemuda itu.

“saya mengerti,jadi kakek tak perlu meminta maaf. Dan saya rasa itu hal bagus, jadi kakek tak perlu bersusah payah lagi. soal sepeda, mungkin dilain waktu saya akan mencari bengkel yang lain.itupun kalau masih ada.” Ia terkekek kecil, lalu kembali melanjutkan “ Kakek tak perlu khawatir.” Pemuda itu berucap dengan senyum manis, ia memaklumi apa yang dilakukan kakek itu. justru ialah yang merasa tak enak karena selalu merepotkannya.

“baiklah kek, kalau begitu saya pulang dulu. Terima kasih atas bantuannya hari ini. Selamat malam.” Pemuda itu mengambil alih sepedanya dan memulai memacu sepedanya namun sebelumnya ia kembali menoleh ke arah sosok itu, “ aku pulang dulu, terima kasih sudah menemaniku. Sampai jumpa dilain waktu” gumamnya yang ia yakini sosok itu tak akan mendengarnya, hingga ia melihat sosok itu menutup tirai dan ia mulai mengayuh sepedanya, bergegas menuju rumah.

 

***

Bel berbunyi nyaring sekitar 2 menit lamanya. Jika sudah begitu tandanya sudah waktunya para siswa Seoul High School untuk pulang karena ini sudah jam 9 malam. Seorang pemuda terlihat berjalan pelan menyusuri lorong sekolah yang gelap. Ia berjalan sendirian. Karna….  ia tak mempunyai teman. Jadi dia tak mungkin berjalan dengan seseorang disampingnya.

Langkah kecilnya menuju parkiran sepeda.

“hah… “ ia menghela nafas panjang. Sepedanya bermasalah lagi. kali ini sedelnya terlepas dari tempatnya. Mungkin benar kata kakek itu, sebaiknya ia meminta kakaknya untuk mengantar jemputnya .

Dengan langkah yang berat ia kembali menuntun sepedanya dan menghela nafas semakin panjang. Ia teringat sesuatu,bahwa kakek itu akan menutup bengkelnya seperti yang dikatakan semalam. Tapi ia sangat berharap bukan hari ini.

 

***

Dijalan yang sama, situasi dan kondisi yang sama. kembali ia melewati jalanan ini. Jalanan dengan rimbunan pohon pohon yang besar dengan dedaunan yang selalu bergemerisik saat ia melintasinya.

“nanananana….” kembali ia bersenandung. Selalu seperti ini. Untuk menutupi rasa takutnya mungkin.

Namun kali ini terasa berbeda. Pemuda itu merasa diikuti. apalagi ada beberapa suara gemerisik dari balik semak semak.  Entahlah kenapa hari ini ia menjadi sedikit paranoid. Ia merasa rasa takutnya sedikit bertambah.

Ia mencoba mempercepat langkahnya walau agak susah, mengingat ia juga memegang dudukan sepeda dengan tangan kirinya dikemudi yang menghambat langkahnya.Hingga kemudian ia sampai didepan bengkel kakek tua itu. namun sayang, bengkel itu sudah tutup. Dengan begini ia terpaksa harus menuntun sepeda tuanya sampai rumah.

Iapun kembali melanjutkan langkahnya. Namun tanpa ia sadari, mungkin karena sudah terbiasa, ia menoleh kearah ruangan yang selalu sama. sosok itu terpantul dikedua matanya. Ia menghentikan sepedanya sejenak. Menatap sosok itu.

 

“maaf aku tak bisa menemanimu malam ini. Bengkelnya sudah tutup. Dan aku harus segera pulang.”   Ucapnya lirih dan kembali melanjutkan langkahnya sembari menuntun sepeda tua miliknya.

 

***

Rupanya pemuda itu belum cukup jera mengalami hal semalam. ia harus menempuh 3 kilometer  jauhnya untuk sampai rumah. Apalagi dengan sepeda tua tanpa dudukan yang harus dituntunnya. Karena nyatanya hari ini ia kembali mengayuh sepeda tuanya ke sekolah setelah ia memperbaikinya tadi pagi.

“lihat dia, setiap hari membawa sepeda tua. Padahal ia tau bahwa pada tiap malamnya ia akan menuntunnya. Bukankah dia tampak begitu bodoh?”

“benar, dia memang bodoh. Jika aku jadi dia. Mungkin aku akan meminta ayahku untuk menjemput.”

“kalau aku, mungkin sepeda seperti itu sudah kubuang bersama sampah sampah dirumahku. Lalu menggantinya dengan sepeda baru. Yah, walau pada kenyataannya aku tak akan sudi memakai sepeda.”

“hei… bukannya kau tak sudi, tapi karna kau tak bisa memakai sepeda . iyakan hyena-ya? hihihi…”

“Yak! Jangan membuatku terlihat bodoh. “

“hahaha…”

Suara cekikikan beberapa siswi tak membuat telinganya panas. Baginya ini merupakan hal yang amat sangat biasa. Ia tetap mengayuh sepeda tuanya hingga diparkiran. Namun ia tak menyadari, bersamaan dengannya, kini disampingnya telah ada orang lain yang memarkirkan sepeda. Pemuda itu tertegun. Seingatnya, disekolah ini hanya ia yang menggunakan sepeda. Dan perlu diingat,sepeda tua.

Didorong rasa penasaran, ia mengangkat kepalanya. Dilihatnya seorang pemuda lain yang sangat tampan. Dia… dia adalah… bagaimana menjelaskannya. Ini semua sangat mengejutkan. Dia adalah seorang siswa dengan kepopuleran yang sangat luar biasa. Dipuja para wanita dan membuat iri para pria. Menjadi idola sekolah sekaligus pemimpin organisasi siswa disekolah. Memiliki tubuh atletis yang membuat para gadis berebut ingin memeluknya. Parasnya tampan hingga membuat para pria menutup muka karna malu tak lebih tampan darinya. dia adalah…… Choi Minho.

“selamat pagi, Lee Taemin. “ sapaan hangat dipagi hari dari seorang Choi Minho, itu adalah hal yang sangat amat mustahil didengar oleh pemuda itu. oh, sekarang kita sudah tau namanya, Dia Lee Taemin, siswa Kelas 1 Seoul High School.

Taemin hanya terpaku. Ia berdiri kaku. Matanya menatap lurus pada Minho.

 

“bag… bagaimana bisa? Dia….” kalimat yang menggantung terucap dari bibirnya, saat Choi Minho melenggang pergi meninggalkannya.

Ah, Taemin sedikit bingung, atau terkejut, mungkin saja dia agak heran. Bukan tentang Choi Minho yang menggunakan sepeda. Tapi…. Bagaimana bisa seorang Choi Minho, tau seseorang yang bernama Lee Taemin dan menyapanya? nah, itu yang membuatnya… agak aneh. Karena selain dia adalah siswa kelas 1, dia juga satu satunya siswa yang dikucilkan karena berani bersekolah di tempat yang sangat elit dengan hanya bermodalkan beasiswa.

Dia sudah terbiasa tak dipanggil, sudah terbiasa tak disapa. Dan sekarang, sekalinya dia disapa… itu oleh Choi Minho. Entah kenapa ada gelenyar perasaan senang dihatinya. Dan hei, dia tahu ini aneh. Karena dia laki laki. Bagaimana bisa, seorang laki laki terlihat senang disapa dengan begitu hangat dan tak lupa dengan senyum yang menawan oleh seorang laki laki juga?

Tak mau mengambil pusing, ia kemudian segera bergegas menuju kelas.  Dan sesaat kemudian seseorang mendekati sepeda tuanya.

 

***

Bel tanda pulang berbunyi. Para siswa berhamburan keluar sekolah. Ada yang dijemput orang tuanya, ada yang telah berlalu dengan mobil mereka. Ada juga segerombol siswa yang berjalan beriringan karena rumah mereka yang tak begitu jauh dengan sekolah.

Taemin, Pemuda itu, ia berjalan sendiri mengitari area sekolahan. Ia mencari sepeda tuanya. Karena saat ia sampai diparkiran sepedanya menghilang. Sebenarnya ia bisa saja langsung pulang berjalan kaki hingga perempatan depan dan pulang naik bis. Tapi ia tak bisa. Sepeda itu harus dibawanya pulang. Sepeda tua itu adalah harta berharganya. Satu satunya benda yang ditinggalkan oleh kakek tercintanya. Jadi ia harus menemukannya.

Ia terus mencari hingga ke area belakang sekolah. Matanya mencari kesegala arah. Hingga matanya terpaku pada sesuatu yang menggantung indah secara terpisah pada pohon mapple besar.

“aigooo… bagaimana aku menurunkannya” Taemin mendesah putus asa. Ia berjalan malas mendekati sepedanya.

“pohon ini tinggi, aku tak bisa memanjatnya, ahh… eottokae??” kini ia menggerutu pasrah dan mengerucutkan bibirnya. Menunjukkan ekspresi yang langka untuk dilihat orang orang disekolah ini.

“butuh bantuan?” tanya seseorang cukup keras dari kejauhan. Membuat Taemin mengerutkan keningnya. Sosoknya tak begitu jelas terlihat. Mungkin karena ini sudah malam dan sosok itu membelakangi cahaya. Namun yang pasti ia juga mengenakan sepeda. Mungkinkah?

Sosok itu mendekat. Hingga wajahnya diterpa cahaya lampu terdekat.

“Mi…Minho Su…Sunbaenim? bag.. bagaimana bisa kau….?”Taemin tergagap. Ia kini sedang gugup. Entah kenapa. Hanya saja saat tau siapa yang menghampirinya adalah Minho. Lagi lagi ada gelenyar rasa senang dihatinya. Ia memang tak begitu memerhatikan kakak kelasnya ini. Namun sejauh yang ia tau. Minho adalah Ketua Osis yang baik dan bertanggung jawab. Dan ia juga tak memiliki reputasi buruk disekolahan.

“wah, yang ini benar benar keterlaluan.” Gumam Minho sembari mencoba memanjat pohon Mapple itu.

“yah, begitulah. “ Taemin menyahut,

Srek…

Kaki Minho sedikit terpeleset saat memanjat. “ah.. hati hati sunbae…” Taemin mengingatkan, tak menyadari kini raut wajahnya berubah menjadi cemas. Sedangkan Minho ia hanya menunjukkan giginya dalam sebuah cengiran kecil .“ tenang saja, aku sudah sering memanjat pohon” sahut Minho.

“memangnya minho sunbae ini siluman monyet?” tanpa sadar Taemin berucap dengan begitu polosnya. Yah, walau tak begitu keras tapi minho mendengarnya.

“jangan bicara macam macam, aku mendengarnya.” Minho mengingatkan.

“eh? Ah… mian mian mianhae.. sunbaenim… aku keceplosan” sahut Taemin sesaat setelah ia tersadar akan ucapannya dan terlihat senyum samar di bibir Minho.

Kini terlihat Minho sudah meraih ban, lalu menyerahkannya pada Taemin. berikutnya ia mengambil kemudi, ban lagi, rangka utama, dan dudukan.

“hah… sudah semua kan?” tanya Minho saat ia sudah turun dari pohon.

“Hmm… tapi bagaimana ini? Bahkan ini sudah tak berbentuk seperti sepeda. Hah… apa sebaiknya aku memberitahu Taesun Hyung?” Taemin bergumam sendiri sembari menatap nanar rangka sepedanya yang bergelatakan . Tak menyadari Minho yang kini melihatnya.

“kurasa di perempatan jalan sana ada bengkel yang masih buka.” Sahut Minho.

“iya, tapi itu artinya aku harus kembali memutar arah untuk kembali kerumah. Dan itu cukup jauh.”

“sudah, tak apa. Mari ku antar. Kau tinggalkan saja sepedamu disana, besokkan hari sabtu. Jadi kau bisa mengambilnya siang hari. Dan malam ini, akan ku antar kau pulang. Bagaimana?” tawaran yang menggiurkan dari Minho. Tapi… bolehkah diaaaa….

“tapi sunbae, apa…. tak merepotkan?” Taemin menjadi tak enak hati.

“iya… tak apa. Mari ku bawakan rangka sepedamu. dan Kau, bantu aku membawa sepedaku “

Senyum tipis terpancar pada bibir ranum tersebut.

 

***

 

“Taemin… “ panggil suara berat itu.

“ye..?”

“apa kau tak lelah? Selalu diperlakukan seperti ini?maksudku… yah kau taulah. Pem…bullyan” tanya Minho ragu.

“tak, tapi dulu, aku pernah mengeluh kenapa aku selalu diperlakukan seperti ini.bahkan setiap pulang sekolah, aku selalu mengadu pada kakakku sambil menangis dan keesokan harinya, ia akan menghajar orang orang yang mengganguku. “ Balas Taemin. ia tersenyum. matanya menerawang jauh mengingat maa lalu.

“tapi sejak aku masuk SMA. Aku tak mau mengeluh lagi. sejak SMA, aku mulai sadar. Semua perlakuan mereka, menghindariku bagaikan virus, mengerjaiku ditoilet sekolah. Semua itu… tak lebih dari sekedar langkah untuk membuatku menjadi  orang yang lebih kuat dan mandiri.” ceritanya terhenti sejenak.

“ayah dan ibuku sudah meninggal 2 tahun yang lalu. dan sekarang aku hanya mempunyai seorang kakak sebagai tempatku bersandar. Namun, karena kewajibannya yang harus menghidupi kebutuhan kami. Membuatnya tidak memiliki banyak waktu bersamaku. Dan itu membuatku berfikir ‘ah… kasian Taesun hyung. dia sudah bekerja sangat keras demi kami. Jadi aku tidak boleh merepotkannya lagi. aku harus menjadi Taemin yang kuat.’ Setelah aku mengatakan seperti itu pada hatiku, aku menjadi lebih kuat saat mengalami pembullyan. Lagipula aku tak suka membuat keributan. Untuk itulah aku selalu diam.“ ia menyelesaikan ceritanya dengan senyuman. Membuat Minho tertegun setelahnya. ia berhenti melangkah sejenak tanpa ia sadari, membuat Taemin berjalan mendahuluinya.

Merasa ada yang aneh, Taemin menoleh dan mendapati Minho tak ada disisinya. Taemin menoleh kebelakang. “ Sunbae, kau baik baik saja?” Tanya Taemin.

“ah, tidak, tidak apa-apa.” Minho tersadar dari diamnya. “ah, itu dia bengkelnya, sebaiknya kita segera kesana sebelum bengkelnya tutup” Minho mengalihkan perhatian Taemin.

Setelahnya mereka berjalan beriringan menuju bengkel.

 

 

“baiklah Paman. Kami akan kembali besok untuk mengambil sepedanya. Kalau begitu kami pulang dulu selamat malam…” ujar Minho seraya membungkukkan tubuhnya yang juga diikuti oleh Taemin. mereka sudah menyerahkan rangka sepeda itu pada Paman pemilik bengkel dan Paman itu mengatakan bahwa sepedanya masih bisa dirakit lagi, namun baru bisa diambil besok siang. Sehingga mereka harus pulang dan mengambilnya besok.

Kini Minho mulai menaiki sepedanya. Dan Taemin berdiam diri disampingnya.

“hei, kenapa kau diam saja. Ayo naik. Kuharap kau tak keberatan jika harus berdiri dibelakangku.” Ucap Minho yang masih memerhatikan Taemin.

“Tap… tapi.. sunbae…” Taemin terlihat ragu. “ak..aku bisa pulang sendiri, jadi sunbae tidak perlu repot repot mengantarkanku.” Jelas Taemin. ia hanya tidak ingin menyusahkan orang lain. Sudah cukup baginya untuk merepotkan Hyungnya dengan harus membiayai hidupnya.

“sudahlah, tak apa. Jika aku tidak mengantarmu pulang, kau bisa kemalaman. Ayo, cepat naiklah.” Pinta Minho.  Taemin berpikir sejenak. Hingga dengan perlahan ia menaiki panjatan pada sisi roda belakang sepeda Minho(saya bingung gimana ngejelasinnya :D). Minhopun tersenyum saat Taemin sudah dibelakangnya, “berpeganglah pada bahuku agar kau tak terjatuh.”

Taemin hanya menurut , dan setelahnya mereka berboncengan menyusuri malam.

Sepeda Minho menyusuri jalanan yang sama dengan arah pulang Taemin. dan tentu saja itu berarti mereka akan melewati sisi belakang rumah besar itu.

Saat melewatinya, Taemin mencoba melihat kearah jendela besar yang temaram, seperti biasa. Tapi nihil tak ada seorangpun disana.

“Taemin…” panggil Minho. Namun Taemin tak menyahut.

“hei, Taemin…” panggil Minho sekali lagi. membuat Taemin yang terfokus pada jendela itu kini kembali menatap kedepan dan menjawab, “ah.. maaf. Ada apa sunbae.”

“kenapa kau tidak menyahut?”tanya Minho

“Mmm… tidak ada apa apa. Aku minta maaf sunbae, karena tidak menyahut.” Balas Taemin, namun diam diam matanya melirik jendela besar itu lagi. ia terlihat murung karena tidak melihat sosok itu disana.

Dalam kegelapan, Minho tersenyum simpul lalu menambah kecepatan mengayuhnya.

To Be Continue

 

Baiklah, saya tau ini membosankan. Tapi saya sangat mengharap kritik dan sarannya. Terima kasih sudah membaca #bow

 

RCL Please… ^^

Add Comment