THANK YOU ( FANFICTION KEY SHINee) - Kpop Indonesia

THANK YOU ( FANFICTION KEY SHINee)

Judulnya : Thank ug

Cast nya : Jinki,Gweboon, Kibum

AuthtTT
THANK YOU 

Cast : Lee Jinki, Kim Gweboon, Kim Kibum

Cho Kyurin(OC), Han Seul Rin(OC), Shin Ye Eun(OC), Jung Sang Joon​(OC)


Author : Babygwe
Genre : comedy romance

RATE: SEMUA UMUR

                   Cover: r Chococandy ART: babygwe

Genre : comedy romance 

 

"Kibummie, cepatlah! Apa kau tak sadar kita sudah terlambat?!"

"Sebentar, aku masih menata penampilanku , Gwe."

"Astaga, penampilan apa lagi yang kau inginkan? Kau sudah sangat rapih, Kibum!"

Tak lama setelah itu, sosok pria berjalan santai dari kamarnya sambil membenarkan dasinya agar terlihat lebih rapih. Wajah tampannya terlihat tenang, seperti tidak terjadi hal apapun. Membuat gadis dihadapannya geram.

"Cepatlah!" Gweboon sangat geram, ia menarik tangan Kibum untuk segera berangkat menuju sekolah.

Gweboon enggan melepaskan genggaman tangannya dari lengan Kibum, walaupun Kibum memprotes berjalan cepat akan merusak penampilannya.

"Yak, Kim Gweboon! Tidak usah terburu-buru, pak guru tidak akan menghukum kita karena terlambat beberapa menit."

Gweboon menghentikan langkahnya, menatap Kibum dengan wajah menahan amarah. Menaikan sebelah alisnya tak mengerti dengan ucapan Kibum yang baru saja ia dengar.

"Apa katamu? Terlambat beberapa menit?" ia menarik nafasnya sebentar, sebelum melanjutkan kalimat. "Kita sudah terlambat setengah jam, Kibum! Ini semua karenamu! Kau yang terlalu memperhatikan penampilanmu!" Suara Gweboon meninggi pada kalimat berikutnya.

"Apa yang salah? Aku selalu memperhatikan penampilanku! Tidak sepertimu!" Kibum tak mau kalah meninggikan suaranya.

"Lihatlah. Kau seorang gadis, Gwe. Seharusnya kau yang lebih memperhatikan penampilanmu daripada aku! Rambutmu yang acak-acakan, baju sekolah yang selalu kau keluarkan, juga dasi yang sangat berantakan. Kau hanya membutuhkan waktu lima menit untuk mandi, kau hanya mengguyur tubuhmu bukan membersihkan tubuhmu. Lalu apa yang salah? Siapa yang salah? Pantas saja tak ada pria yang mau mendekati gadis bau sepertimu!" Kibum berjalan terlebih dahulu meninggalkan Gweboon. Sementara itu, Gweboon hanya mendengus kesal menanggapi ucapan saudara kembarnya. Tidak ada yang salah dengan penampilannya, Gweboon sangat nyaman dengan penampilannya dan ia tak menpedulikan ucapan orang-orang yang berpendapat tentang penampilannya.

Kim Gweboon dan Kim Kibum adalah saudara kembar dengan sifat yang bertolak belakang. Kim Kibum yang bersifat sangat memperhatikan penampilannya, bersih dan juga rapih. Sementara itu, Kim Gweboon yang bersifat sangat tidak mempedulikan penampilannya, jorok, suka mengupil ataupun memakan petai. Ia pun memiliki kebiasaan aneh, suka menggaruk ketiaknya. Bahkan apa kalian tahu? Selain memiliki kebiasaan menggaruk ketiaknya, Gweboon pun suka kentut sembarang kapanpun ia mau! Sangat tidak bisa menjaga sikap dihadapan pria tampan seperti gadis lainnya.

Nyonya Kim sudah lelah menasehati Gweboon untuk bersikap layaknya gadis yang lainnya, bersikap sopan, tidak jorok dengan kepribadiannya dan berpenampilan rapih layaknya saudara kembarnya. Dan selama Gweboon bersekolah di Chungdham High School, belum ada pria yang mendekatinya ataupun mencoba untuk mendekatinya.

Kibum melangkahkan kaki terlebih dahulu, membuat Gweboon mendengus kesal sambil mengejarnya. Kaki mereka terhenti didepan halte busway. Hening, tak ada pembicaraan dari sepasang saudara kembar. Mereka masih larut pada emosi masing-masing. Hingga pada akhirnya busway berhenti tepat didepan mereka, sontak semua orang yang menunggu di halte langsung berebut masuk kedalam busway. Menempatkan diri pada kursi kosong begitupula dengan Gweboon dan Kibum.

Kibum mencium aroma tidak sedap dari tubuh Gweboon, apa Gweboon lupa untuk memakai parfum?

"Yak, apa kau tidak memakai parfum yang ku berikan kemarin?" Tanyanya sambil menutup hidung menggunakan telapak tangannya.

Gweboon tersenyum sebentar, "Maaf.. Aku lupa menggunakannya"

"Astaga! Kau tahu? Parfum itu kubeli mahal dengan kualitas wangi yang tak mudah hilang, Gwe. Kau dengan santainya lupa menggunakan parfum pemberianku!" Kibum sedikit menggeser tempat duduknya agar tak terlalu dekat dengan Gweboon.

"Lain kali saja , ya? Aku janji akan menggunakannya."

Kibum hanya menghembuskan nafasnya berat, ini sudah terjadi beberapa kali dalam hidupnya. Ia tak heran menanggapi hal semacam ini. Setiap kali memberikan sebuah barang untuk memantaskan penampilan Gweboon, pasti saja berakhir dengan dianggurkan.

Perjalanan berlalu dengan keheningan. Gweboon sibuk membersihkan kotoran hidung menggunakan telunjuk jari kanannya, sementara Kibum berpura-pura memainkan ponselnya menghindari tatapan orang yang memandangnya jijik.

Busway berhenti di halte dekat Chungdham High School, jaraknya kurang lebih 200 meter lagi. Penumpang semua turun, melangkahkan kaki menuju tempat tujuannya masing-masing. Termasuk dengan Gweboon dan Kibum melangkah menuju depan sekolah.

Sudah tak ada orang di area depan sekolah. Terlihat petugas keamanan sedang berjaga, mereka melangkah pelan mendekati petugas keamanan yang sedang berjaga.

"Annyeonghaseo." sapa Kibum kaku, membungkukan tubuhnya begitupula dengan Gweboon.

"Apa yang kau lakukan disini?!" petugas keamanan menatap mereka sinis. Tubuhnya yang gemuk, kumisnya yang tebal, membuat siapapun yang menatapnya merasa takut.

"Aku..aku ingin masuk" kini giliran Gweboon yang mencoba untuk bicara.

"Masuk? Apa kalian tidak menyadari apa kesalahan kalian?" suaranya meninggi.

"Maafkan aku." Gweboon membungkukan tubuh untuk kesekian kalinya.

"Lebih baik kalian pulang, besok kalian pagi-pagi sekali datang agar diperbolehkan masuk."

Pertugas keamanan ingin beranjak pergi, tetapi Kibum menahannya.

"Tunggu, bukankah kami masih diperbolehkan masuk dengan mendapat hukuman?"

Petugas kemanan berbalik, menatap Kibum dan Gweboon secara bergantian. "Apa kalian benar-benar ingin masuk?"

Mereka serempak mengangguk.

"Baiklah, kalian boleh masuk."

Kibum dan Gweboon menatap satu sama lain, senyuman mengembang pada wajah masing-masing.

"Kalian harus membersihkan toilet sekolah sampai bersih. Dan kau gadis manis, setelah membersihkan toilet kau harus membereskan barang-barang yang berantakan di ruang olahraga. Kau, pria tampan dengan mata tajam. Kau membereskan barang-barang yang ada di gudang belakang sekolah. Apa kalian mengerti?"

"Mwoya?! Aku sudah membereskan toilet! Dan ini bukan salahku terlambat seperti ini. Semua ini salah Kibum! Seharusnya kau hanya menghukum Kibum saja!" tolak Gweboon tidak terima. Ia tahu betul ruang olahraga sangat berantakan dan itu pasti akan membutuhkan waktu yang lama untuk membersihkannya. Lalu, kapan ia akan mengikuti jam pelajaran dengan teman-temannya? Tahu seperti ini, lebih baik ia tak masuk sekolah. Berdiam diri dirumah sambil bermain game pasti sangat menyenangkan.

"Salahku? Ini juga salahmu, Gwe!" Kibum tidak terima dirinya disalahkan oleh saudara kembarnya.

"Sudahlah. Kalian berdua salah dan kalian harus mendapat hukuman. Cepat laksanakan sekarang!"

Dengan malas dan enggan, Kibum dan Gweboon melangkahkan kaki masuk kedalam area sekolah. Sangat sepi, semua murid tengah asyik mengikuti jam pelajaran. Hanya ada beberapa murid yang berlalu lalang menghampiri urusannya masing-masing. Sebagian yang bertemu Kibum dan Gweboon hanya menatap aneh kemudian tertawa. Mereka tahu Kibum dan Gweboon sedang menjalani hukuman.

"Aku akan membersihkan ruang olahraga terlebih dahulu, kau membersihkan toilet."

Kibum menahan kerah baju Gweboon agar tak beranjak pergi.

"Bersihkan toilet dulu, Gwe. Kau jangan lari dari tugas utamamu."

"Kau bisa membersihkan setengah, setelah itu aku akan membersihkan setengah laginya. Sudahlah, aku sedang malas denganmu." Gweboon menepis tangan Kibum kasar.

"Baiklah, lakukan apa yang kau suka. Dasar keras kepala!"

***

 

Setelah meminta kunci kepada penjaga keamanan, gadis itu melangkahkan kaki mungilnya menuju ruang olahraga yang letaknya di sudut sekolahnya. Ia memasukan kunci pada lubang pintu dan mendorongnua setelah terbuka.

Lihatlah betapa berantakan ruang olahraga sekolahnya. Bola basket yang tidak ditempatkan dengan benar, bola pimpong yang berserakan dilantai, juga banyak debu yang menghiasi sudut-sudut ruangan.

Gweboon menghembuskan nafasnya berat, ia memaksakan tubuhnya bergerak untuk memunguti bola pimpong terlebih dahulu karena jumlahnya cukup banyak. Memasukan satu persatu pada kantong plastik berukuran cukup besar yang ada di tangan kirinya.

Setelah 15 menit, akhirnya 200 bola pimpong sudah masuk aman di dalam kantong plastik. Ia hendak menaruh plastik yang berisi bola pimpon. Tetapi sayangnya kakinya tak sengaja tersandung besi lompat tinggi yang tergeletak di lantai, membuatnya terjatuh dan melepas kantonf plastik yang belum sempat ia ikat.

Bola pimpongnya kembali berserakan dilantai. Membuat amarahnya semakin memuncak.

"Astaga, aku akan mengutuk seseorang yang menaruh besi lompat tinggi disini!"

"Mwoya?" suara pria yang berada dibelakang Gweboon berhasil mengejutkannya.

Gweboon berbalik, melihat siapa pria yang kini berani mengganggunya. Pria tampan bermata sabit yang kini tengah memandangnya heran sambil membawa setumpukan kardus yang entah apa isinya membuat Gweboon menunduk karena malu.

Pria itu adalah Lee Jinki, senior Gweboon. Jinki adalah ketua tim basket sekaligus OSIS disekolahnya. Wajahnya yang tampan, senyumnya yang manis, juga tubuhnya yang tinggi membuat pria itu cukup terkenal di sekolahnya.

"Oh? Annyeonghaseo, Sunbaenim." Gweboon langsung membungkukkan tubuhnya kepada Jinki.

Jinki membalas sapaan Gweboon, menatap bola pimpong yang berserakan lalu menaruh tumpukan kardus pada meja di sudut ruangan.

Gweboon menyibukkan diri dengan cara memasukan kembali bola pimpong pada kantung plastik. Dirinya gugup, sebelumnya ia tak pernah berada satu ruangan dengan pria yang selama ini ia kagumi. Astaga, membayangkan untuk berada satu ruangan saja tidak pernah terlintas pada otaknya. Dan ini? Tuhan memberi jalan kepadanya untuk berada satu ruangan dengan senior favorit nya. Semoga saja Jinki memiliki kepentingan yang panjang agar ia berlama-lama ada di dalam ruang olahraga bersama Gweboon.

"Ngomong-ngomong, apa yang kau lakukan disini? Semua orang tengah sibuk mengikuti jam pelajaran." tanya Jinki.

"Ah itu.. Aku mendapat hukuman karena datang terlambat, hehehe." ucapnya disusul dengan tawa yang ia paksakan.

Jinki mengangguk paham, ia larut dengan kesibukan membereskan besi-besi yang biasa digunakan untuk praktek lompat tinggi disekolahnya.

Setelah selesai memasukan bola pimpong pada kantung plastik besar di tangannya, ia kembali membersihkan yang lainnya. Jinki masih ada disana, seperti membantu Gweboon Membersihkan ruang olahraga.

Gadis itu mulai mencium aroma tubuhnya. Ia tidak boleh bau seperti ini. Jangan dulu, tolong. Ada Jinki disekitar Gweboon. Bagaimana jika Jinki mencium aroma asam tubuh Gweboon? Ah sudahlah biarkan saja. Lagipula ia akan menjadi dirinya sendiri didepan semua orang.

Gweboon merasa ketiaknya gatal dan juga lengket. Dengan tangan yang berdebu, ia menggaruk ketiak diluar seragam sekolahnya yang putih. Menimbulkan bekas basah pada luar seragam sekolahnya.

Jinki yang melihat aktivitas Gweboon hanya dapat menggelengkan kepalanya. Ini pertama kali baginya melihat seorang gadis disekatnya tidak menjaga sifat aslinya. Tetapi Gweboon, ia tak mempedulikan ada Jinki didekatnya. Ia asyik menggaruk bagian tubuhnya yang gatal tanpa mempedulikan keberadaan orang-orang disekitarnya.

"Permisi, kau bisa menggunakan sapu tanganku untuk membersihkan keringatmu." ucap Jinki sambil menyodorkan sapu tangan miliknya kepada Gweboon.

"Tidak perlu, Sunbaenim. Aku bisa menggunakan seragamku untuk membersihkan keringat ataupun keperluan yang lain."

Seragam Gweboon sudah kotor. Banyak debu yang melekat pada seragamnya membuat noda coklat yang melekat.

"Astaga, seragammu kotor. Kau tidak bisa terus menggunakan seperti itu."

Gweboon memandang seragamnya yang lusuh, ada banyak debu yang melekat pada seragamnya. Ia mengangkat bahunya, acuh. Ini sudah biasa baginya. Dan ia sama sekali tidak terganggu memakai seragam lusuh seperti ini.

Jinki melepas baju seragamnya, tersisa hanya baju putih polos yang menampakan tubuhnya yang kekar.

"Pakai saja punyaku, kau bisa mengembalikannya setelah kau mencucinya." ucapnya sambil menyodorkan seragam miliknya kepada Gweboon.

"Ah tidak perlu, sunbaenim. Aku sudah biasa memakai seragam lusuh seperti ini. Aku sama sekali tidak terganggu, sudah tidak apa-apa." Gweboon menolak, ia tak ingin hal bersangkutan dengan pria populer seperti Lee Jinki.

"Sudah tidak apa-apa, kau bisa memakainya."

"Tidak perlu, sunbae. Aku harus membersihkan toilet. Kibum sudah menungguku disana. Aku harus segera bergegas agar bisa mengikuti mata pelajaran. Senang bertemu denganmu, sunbaenim." Gweboon membungkukan tubuhnya sebelum ia bergegas meninggalkan Jinki.

***

 

Kibum sudah tidak ada di toilet. Saat Gweboon datang, hanya ada petugas kebersihan yang sedang membersihkan toilet. Gweboon mendekat, sambil membawa peralatan untuk membersihkan toilet.

"Permisi, apa kau melihat pria tinggi berkulit putih dengan mata tajam disini? Wajahnya mirip denganku, hanya saja dia seorang pria."

Petugas kebersihan berhenti sejenak, menatap Gweboon dengan wajah lusuhnya. "Aku melihatnya tadi, sepertinya sudah kembali ke kelas." Ia langsung melajutkan pekerjaannya.

"Terima kasih."

Gweboon membungkuk, kemudian menyelesaikan tugas hukumannya. Dalam hatinya ia sangat menggerutu, bagaimana bisa Kibum selesai sangat cepat. Ia tak begitu lama saat berada di ruang olahraga, hanya membersihkan debu di dinding dan membereskan bola yang berserakan. Mungkin hanya 30 menit, dan bagaimana bisa Kibum menyelesaikan pekerjaannya hanya dalam waktu sesingkat itu? Toilet sekolahnya cukup luas, mustahil untuk membersihkan setengahnya hanya dalam waktu 30 menit.

Gweboon menyelesaikan pekerjaannya dalam waktu satu jam lamanya. Bajunya semakin lusuh, bau tidak sedap dari aroma tubuhnya pun semakin menyeruak, rambutnya dibiarkan berantakan. Penampilannya sudah semakin tidak pantas untuk dipandang.

Gweboon menaruh peralatan yang ia gunakan tadi sebelum bergegas masuk kedalam kelasnya.

Orang-orang yang bertemu Gweboon saat menuju kelas memandang aneh, hampir semua orang menutup hidungnya sambil membicarakan Gweboon. Ia tak peduli bagaimana orang memandangnya, yang harus ia lakukan hanya fokus berjalan sampai kelasnya.

Gweboon diam sebentar, sebelum melangkah masuk kedalam kelas. Menghembuskan nafasnya berat, meyakinkan dirinya tak diomeli oleh guru yang tengah mengajar.

 

"Annyeonghaseo." ucap Gweboon, membungkukan tubuhnya lalu melangkah masuk ke dalam kelas.

Guru menatap Gweboon sinis, matanya sangat tajam memperhatikan Gweboon sambil sesekali mendekatkan wajahnya ke tubuh Gweboon. Mencium bau tak sedap dari tubuh Gweboon.

"Apa kau memakai parfum seperti bau kotoran hewan?"

Ucapan guru sontak membuat seluruh murid yang berada di dalam kelas teratawa terbahak, termasuk empat sahabat yang gemar sekali membully Gweboon.

Gweboon hanya menunduk, tak berani menatap teman dikelasnya.

"Sebaiknya ganti bajumu terlebih dahulu, Gwe. Setelah itu kau boleh mengikuti jam pelajaran selanjutnya."

Gweboon mengangguk, melangkah keluar kelas untuk mengganti pakaiannya. Ia mencium aroma tubuhnya sendiri. Tidak terlalu bau menurutnya, wajar saja ia baru menyelesaikan hukuman yang melelahkan. Huh, dasar aja teman dan gurunya tidak pernah mengerti keadaannya saat ini.

Sudahlah, tidak mengikuti jam pelajaran seharian lebih asyik daripada harus memperhatikan guru yang sedang menerangkan pelajaran didepan kelas.

Gweboon memilih untuk duduk santai pada taman belakang sekolahnya. Sebentar lagi waktu istirahat makan siang, semua murid pasti keluar dari kelasnya masing-masing. Taman belakang sekolahnya adalah tempat yang paling pas untuk menyendiri. Jarang sekali orang berkunjung saat jam istirahat makan siang.

Rambutnya semakin berantakan saat tertiup angin, membiarkan rasa lelahnya terbawa angin yang melintas. Gweboon memejamkan mata sejenak, merasakan kesejukan pada area sekolahnya.

Ponselnya berdering, menandakan ada sebuah panggilan masuk. Gweboon merogoh ponsel pada tas disampingnya, mengambil dan melihat siapa yang menelfon.

"Yeobosseo?" ucapnya saat sudah menyambung pada seseorang disana.

"Yak, kau ada dimana?" Kim Kibum yang menelfonnya, ia mencari keberadaan saudara kembarnya.

"Aku… Aku ada di taman belakang."

"Mwoya? Apa yang kau lakukan? Apa kau tak mengikuti jam pelajaran?"

"Guru memintaku untuk mengganti bajuku, aku tak bawa baju lain selain yang kupakai. Jadi kuputuskan untuk tidak mengikuti jam pelajaran."

"Astaga, Gwe. Sudah kubilang jaga aroma tubuhmu, kau selalu saja enggan memperhatikan penampilanmu."

"Jika kau menelfonku untuk berdebat, aku akan menutupnya."

"Kau tunggu disana, jangan kemana-mana. Mengerti?"

"Eum."

Setelah itu Kibum menutup panggilannya. Entah apa yang akan dilakukan saudara kembarnya, Gweboon akan menunggu Kibum.

Selang beberapa menit kemudian, Kibum datang dengan membawa paper bag ditangannya. Ia duduk disamping Gweboon dan memberikan paper bag itu kepada Gweboon.

"Apa ini?" Gweboon bertanya kepada saudara kembarnya.

"Buka saja." ucap Kibum santai, sambir bersandar pada kursi.

Gweboon membuka paper bag pemberian Kibum, ternyata isinya adalah kemeja berwarna putih dengan corak polkadot.

"Ini punya siapa?" tanya Gweboon lagi, sambil mengeluarkan baju dari paper bag lalu menunjukan kepada Kibum disampingnya.

"Buatmu. Aku membeli nya di distro yang tak jauh dari sini."

"Bagaimana kau keluar sekolah saat jam pelajaran berlangsung?"

"Mudah saja bagiku, Gwe. Pakailah, kau sangat bau."

"Tidak mau. Aku nyaman dengan pakaianku."

"Astaga, Gwe. Kau nyaman dengan pakaianmu, tapi tidak dengan orang-orang. Mereka terganggu dengan bau tubuhmu."

"Aku tidak bau, Kibum."

"Kau sangat bau!"

"Baiklah, baiklah. Akan kupakai."

Gweboon beranjak meninggalkan Kibum. Ia akan menuruti perintah saudara kembarnya. Ck, sebenarnya malas baginya jika harus berganti pakaian seperti ini.

Gweboon menahan sesuatu pada perutnya. Terasa ingin sekali buang angin.

Dduttt~

Gweboon tertawa setelah kentut. Tidak mempedulikan banyak orang yang melihatnya dan memandangnya aneh. Ia melanjutkan langkahnya.

Belum sampai pada toilet, langkahnya terhenti karena empat sahabat yang selalu membullynya.

"Hey, gadis jorok." ucap Cho Kyurin terlebih dahulu. Memulai untuk membully Gweboon.

"Kau pasti sangat malu saat guru memintamu untuk keluar kelas." kini giliran Shin Ye Eun yang disusul tawa oleh ketiga sahabat lainnya.

"Lihatlah, pakaiannya sangat lusuh. Orangtuanya pasti tidak mampu membelikan parfum untuknya." sahut Jung Sang Joon.

"Sangat berbeda dengan Kibum. Seharusnya Kibum malu memiliki saudara kembar yang sangat jorok seperti Gweboon." ucap Han Seul Rin.

Gweboon hanya diam, tidak menanggapi ucapan keempat sahabat yang selalu mencari masalah kepadanya.

"Apa yang kau bawa, gadis jorok?" SeulRin mengambil paper bag yang ada di tangan Gweboon.

"Hey, kembalikan!" Gweboon berusaha menyingkirkan tangan ketiga lainnya agar tak membuka paper bag dari Kibum.

Sial! Seulrin berhasil mengambil kemeja dari paper bag lalu memamerkan kepada SangJoon, Kyurin, dan juga Yeeun.

"Apa ini? Gweboon mempunyai baju sebagus ini?" ucap Yeeun disusul tawa teman-temannya.

"Ia mengambil milik orang lain."

"Tidak, ia pasti mendapatkan secara gratis pemberian dari petugas sekolah hasil baju siswi lainnya yang tertinggal di loker."

"Benar sekali."

Gweboon menahan emosinya, membiarkan keempat sahabat puas membullynya.

"Bukan urusanmu!" Gweboon mengambil paksa baju dari tangan Kyurin lalu melangkah pergi meninggalkan keempat sahabat yang masih tertawa puas.

***

 

Gweboon membuka pintu toilet sekolahnya, masuk dan berganti pakaian sesuai apa yang Kibum suruh.

Setelah selesai, langkah kakinya kembali tergerak untuk menemui Kibum di taman belakang sekolah. Ia tak mempedulikan beberapa pasang mata sedang membicarakannya, menatap aneh, ataupun sedang mengejeknya.

"Kibum-ah." sapanya,

Kibum masih disana. Sedang tiduran diatas kursi sambil mendengarkan musik melalui ponselnya.

"Apa kau tak ingin makan siang?" tanya Gweboon lagi.

Kibum belum menjawab. Telinganya masih tertutup earphone.

"Kibum-ah!" ucap Gweboon sambil menarik paksa earphone dari telinga Kibum.

"Mwoya?! Kau mengganggu!" Kibum memaksakan tubuhnya untuk bangun dari tidurnya.

"Ck , menyebalkan!"

Gweboon pergi meninggalkan Kibum yang sedang menatap kepergiannya dengan heran.

***

 

Beberapa hari setelahnya.

"Gweboon, bangun! Kita sudah telat!"

Gweboon masih nyenyak dalam tidurnya. Dalam dirinya masih merasa nyaman pada dunia mimpinya. Mimpi tentang senior yang sangat ia idolakan.

"Ck, biarkan sajalah. Bukan aku yang akan telat." Kibum menyerah, setelah cukup lama ia membuang waktunya untuk membangunkan Gweboon. Ia memutuskan untuk berangkat terlebih dahulu. Mengejar busway yang akan membawanya lebih cepat menuju sekolah.

Tak lama setelah Kibum pergi, Gweboon bangun dari tidurnya. Mengucek matanya sebentar lalu mengambil jam kecil pada meja samping tempat tidurnya guna melihat pukul berapa ia bangun.

"Astaga! Kim Kibum, kenapa kau tidak membangunkanku?!" ternaknya kemudian dirinya sigap berlari untuk membersihkan diri.

Tak butuh waktu lama. 5 menit cukup baginya untuk mandi. Mengganti pakaian, memasukan buku pelajaran kedalam tas, lalu sedikit menata dasinya yang hanua terpasang tanpa rapih pada kerah bajunya.

15 menit waktu yang cukup untuk bersiap menuju sekolah. Gweboon berlari sekencang yang ia bisa. Sesekali melirik jam yang melingkar pada pergelangan tangannya. 5 menit lagi gerbang sekolahnya akan ditutup, Gweboon mempercepat larinya.

Busway tepat berhenti saat Gweboon baru mengatur nafasnya saat baru tiba di halte. Tak ingin membuang waktu lama. Ia bergegas naik kedalam busway bersama penumpang lainnya.

Butuh waktu 20 menit untuk sampai pada sekolahnya. Sudah dipastikan ia terlambat lagi.

"Ck, sial!"

Gweboon terus menggerutu. Mengutuk keterlambatan dan juga rasa malasnya.

Orang yang berada disekitar Gweboon menutup hidung dan memandangnya aneh. Tak tahan dengan bau tubuh Gweboon yang sangat asam. Wajahnya kusam, tak ada goresan make up sedikitpun.

Gweboon mengabaikan tatapan orang disekitarnya. Ia melakukan apa yang biasa ia lakukan. Mengupil, kentut sembarangan, menggaruk ketiaknya yang basah, ataupun menggaruk kepalanya sehingga membuat rambutnya semakin berantakan.

20 menit setelahnya, Gweboon sampai di halte busway dekat sekolah.

Dengan tenaga yang tersisa, Gweboon berlari secepat mungkin. Jarak halte busway dengan sekolahnya kurang lebih 500 meter. Penampilannya sudah berantakan, keringat sudah mengucur pada tubuhnya, rambutnya semakin berantakan, aroma tubuhnya juga semakin menyeruak. Ia tak mempedulikan itu.

Gweboon sampai didepan gerbang sekolah. Membungkuk, mengatur nafasnya, sambil sesekali menatap gerbang sekolah yang sudah tertutup rapat. Tak ada petugas keamanan sekolah disana.

Ide jailnya datang, ia akan memanjat pajar yang tak terlalu tinggi di samping sekolahnya. Berjalan mengendap, dan memasang ancang-ancang sebelum memanjat.

"Fighting, Gweboonnie~"

Gweboon mulai memanjat dinding samping sekolahnya. Baru setengah jalan, seseorang menegurnya dari belakang.

"Yak."

Gweboon diam, merutuki dirinya yang tak bisa lolos dari seseorang dibelakangnya. Perlahan ia turun, bajunya sudah kotor oleh sisa cat dinding sekolah.

"Mian, aku mencoba untuk.."

"Jinki sunbae." Gweboon menutup mulutnya, tak percaya seseorang yang menegurnya adalah Lee Jinki.

"Kau?" Jinki tak percaya menatap Gweboon.

Gweboon hanya tersenyum, menggaruk kepalanya yang tak gatal.

***

"Apa kau terlambat juga, sunbaenim?"

"Eum.. Aku berniat masuk melalui pintu belakang. Tetapi aku melihatmu sedang memanjat."

Mereka memutuskan untuk bolos seharian. Duduk dengan santai di cafe yang tak terlalu jauh dari sekolah.

"Astaga, ternyata Jinki sunbae gemar sekali terlambat." ucap Gweboon disusul dengan tawa yang puas.

"Ah tidak. Kebetulan aku sedang merawat ibuku yang sedang sakit, maka dari itu aku terlambat. Ini kali pertamaku terlambat."

"Mian." Gweboon memaksakan senyumnya. Canggung sudah mengira jika Jinki gemar terlambat seperti dirinya.

"Siapa nama mu?" tanya Jinki.

"Nde?" Gweboon mengelap mulutnya menggunakan seragam sekolahnya. Green tea nya sudah setengah habis.

"Siapa nama mu?"

"Namaku?" tanya Gweboon lagi.

"Eum.. Siapa nama mu?"

"Nama… Namaku Kim Gweboon."

Jinki tersenyum. Menurut Jinki, Gweboon adalah gadis yang cantik, manis, lucu dan menggemaskan. Ia bisa melihat semua itu walaupun kini penampilannya sudah sangat berantakan. Semua orang yang berkunjung di cafe memandang mereka aneh. Mungkin heran, bagaimana bisa gadis tampan dan rapih seperti Jinki mau duduk dengan Gweboon.

"Apa kau ingin pergi bersama?" Jinki beranjak bangun. Begitu pula dengan Gweboon.

"Kemana?"

"Kemanapun itu."

"Bajuku kotor, sunbae."

"Tidak masalah." Jinki tersenyum kepada Gweboon.

Mereka melangkahkan kaki menelusuri jalanan Seoul yang cukup ramai. Langkah kaki Jinki terhenti didepan distro pinggiran jalan Seoul. Ia masuk kedalam, diikuti oleh Gweboon dibelakangnya.

Memilih pakaian yang cocok untuk Gweboon, membayarnya kemudian menyuruh Gweboon untuk memakainya.

"Pakailah." ucapnya sambil menyerah paper bag kepada Gweboon.

"Eum?"

"Bajumu kotor, Gwe. Pakai ini saja."

"Tidak perlu, sunbae. Baju ini masih bisa dipakai."

"Sudah tidak apa-apa, pakai ini saja."

Gweboon mengangguk, menuruti perintah Jinki untuk memakai baju pemberiannya. Ia berlari menjauh dari Jinki, mencari toilet umum di sekitar sini dan mengganti pakaian seragam sekolahnya. Mencocokan baju dengan tubuhnya didepan cermin.

Gweboon tidak bisa menghilangkan senyum dari wajahnya. Ia sangat senang mendapatkan pakaian dari Jinki.

Gweboon berbalik menghampiri Jinki.

"Sunbae." sapanya sambil berjalan menghampiri Jinki.

"Cocok untukmu, Gwe."

Gweboon hanya tersenyum mendapat pujian dari Jinki.

Mereka kembali menuluri jalanan Seoul yang semakin ramai.

Langkah mereka menuju mall yang tak jauh dari sini. Hanya berjarak satu kilometer.

Seharian mereka menghabiskan waktu bersama. Menonton film, makan, berfoto, dan terakhir tujuan Jinki adalah mengubah Gweboon menjadi putri yang cantik.

"Salon?"

"Eum.." Jinki mengangguk semangat.

"Aku tidak pernah ke salon, sunbae."

"Maka dari itu aku buat kau pernah ke salon."

"Tidak perlu, sunbaenim. Aku akan pulang saja."

Jinki menahan lengan Gweboon yang ingin beranjak pergi.

"Ayo, Gwe."

Jinki menarik Gweboon membawanya ke dalam salon. Menyuruh Gweboon untuk duduk di depan cermin , lalu ia berjalan menuju petugas salon.

"Buat dia menjadi putri."

Petugas salon mengangguk, langsung menjalankan perintahnya untuk mengubah Gweboon.

2 jam lamanya Gweboon pasrah oleh tangan-tangan yang akan mengubahnya seperti peri di negri dongeng. Ia hanya diam, sesekali menatap tajam pria tampan yang sedang sibuk memainkan ponselnya melalui cermin.

"Kau harus memakai ini untuk menghilangkan aroma tubuhmua yang kurang wangi." petugas salon memberikan deodoran kepada Gweboon.

Gweboon menerimanya dengan senang hati.

"Kau juga harus mengganti sabun mandimu, kau harus sering memakai make up seperti ini. Jangan lupa untuk memakai parfurm." imbuhnya lagi lalu ia menghampiri Jinki memberitahu bahwa Gweboon sudah selesai di make over.

 

 

Jinki menatap Gweboon melalui cermin. Takjud, ia tidak percaya dengan hasil make over pada Gweboon. Benar-benar seperti putri. Sangat cantik dan juga anggun.

Ia menghampiri Gweboon, memberikan senyuman manis nya hanya untuk Gweboon. Mata sabitnya memancarkan sorot takjub.

"Gomawo, sunbae."

"Ah tidak- tidak, jangan berterimakasih kepadaku, Gwe."

Gweboon menaikan sebelah alisnya, tidak mengerti.

"Berterima kasih kepada petugas salon, itu maksudku." Jinki gugup, ia tak pernah gugup di hadapan gadis sebelumnya.

"Kau cantik."

"Nde?" Gweboon tak mendengar ucapan Jinki.

"Kau can.. Ah tidak kau sangat cantik, Gwe."

Gweboon tersipu malu. Menyembunyikan wajah dibalik helaian rambut yang kini sudah tersusun rapih dan bersih.

"Ayo."

Jinki menggenggam tangan Gweboon. Membawanya berjalan menuju rumah Gweboon. Hari sudah semakin larut jika ia memaksakan untuk berjalan sebentar ataupun menghabiskan waktu sebentar bersama Gweboon.

***

 

Hubungan Gweboon dan Jinki semakin dekat. Gweboon sudah banyak berubah karena Jinki. Gweboon sudah lebih bersih karena Jinki. Dan Gweboon sudah menghilangkan kebiasaan joroknya karena Jinki.

Aroma tubuhnya sudah wangi. Sudah tidak mengupil sembarangan, kentut sembarangan, ataupun menggaruk ketiak nya yang basah. Gweboon sudah lebih bersih sekarang.

Gweboon sering pergi ke salon untuk merawat diri. Rambutnya sudah sering di model berbagai macam model sesuai dengan trend gadis lainnya. Ia memperbanyak baju feminim, seperti rok mini ataupun baju yang sedang trend gadis lainnya.

Jinki sudah menyadari perasaannya kepada Gweboon sudah melebihi batas pertemanan. Bahkan ia sangat tak ingin seorang pria dekat dengannya termasuk dengan Kibum, saudara kembar Gweboon.

Ia bertekad akan menyatakan perasaannya siang ini, setelah bel pulang berbunyi.

Keempat sahabat menyadari kedekatan Gweboon dan Jinki. Mereka bertekad untuk membatalkan niat Jinki menyatakan perasaannya kepada Gweboon.

"SeulRin, kau harus mencaritahu dimana Jinki sunbae akan menyatakan perasaannya kepada Gweboon." perintah Kyurin kepada SeulRin.

"Dan kau Sangjoong, awasi Gweboon."

"Yeeun kau ikut dengan Sangjoong."

Yeeun, Sangjoong dan Seulrin mengangguk serempak.

***

Rencana keempat sahabat gagal. Minho memberitahu Jinki jika keempat sahabat itu akan menggagalkan rencananya dan Jinki langsung menghubungi Gweboon untuk menunggunya didepan gerbang sekolah. Ia tak ingin rencananya gagal begitu saja.

Sesuai dengan apa yang di perintahkan Jinki.

Setelah pulang sekolah, Gweboon menunggu Jinki dideppan pintu gerbang. Ia penasaran apa yang akan dikatakan Jinki sehingga mengubah tempat untuk bertemu.

Pria tampan bermata sabit terlihat tengah berjalan menghampiri Gweboon. Senyuman masih terpasang pada wajah tampannya.

"Ayo."

Jinki menggenggam pergelangan tangan Gweboon, membawanya menuju suatu tempat.

Dibalik kebahagiaan Jinki dan Gweboon, seseorang melihatnya dengan wajah menahan kesal dan marah kepada Jinki. Ia mengepalka  tangannya, bersiap menghajar wajah tampan Jinki.

***

 

"Apa yang ingin kau katakan, sunbae?"

Jinki menunduk, mengatur nafasnya sebentar.

"Gwe, dengarkan baik-baik. Aku hanya ngomong satu kali."

Gweboon memasang telinga baik-baik. Ia akan mendengarkan disetiap kata yang terucap dari mulut Jinki.

"Gwe, aku tidak tahu kapan perasaan ini datang." Jinki menarik nafasnya, membuangnya dengan berat.

"Aku menyukaimu, Kim Gweboon."

"Aku mencintaimu." Ucap Jinki lagi.

Jinki mendekatkan wajahnya pada wajah Gweboon, berniat hendak mencium Gweboon. Namun sontak, Gweboon menutup mulutnya. Membuat Jinki terkejut.

"Ada apa? Apa kau tak mencintaiku?"

Gweboon menunduk.

"Aku belum pernah ciuman, sunbae."

Jinki terkekeh, tak percaya dengan ucapan Gweboon.

"Tidak apa-apa, Gwe. Kau hanya perlu memejamkan matamu."

Gweboon mengangguk.

Jinki mulai mendekatkan kembali wajahnya pada wajah Gweboon. Gweboon memejamkan matanya, rasa gugup sangat besar pada dirinya. Ia merasa seakan jantungnya ingin keluar dari tubuh dan menari-nari di hadapan Jinki.

Sampai pada akhirnya bibir mereka saling bertemu, Gweboon semakin memejamkan matanya. Merasakan kelembutan bibir Jinki yang menyentuh bibirnya.

Selang beberapa menit setelah itu, Jinki menarik wajahnya dari wajah Gweboon.

Kini mereka resmi menjadi sepasang kekasih. Dan Jinki telah mengubah hidup Gweboon menjadi lebih baik.

***

Beberapa minggu setelahnya.

Gweboon turun dari mobil Jinki. Melambaikan tangannya kepada Jinki. Dan menunggu mobil Jinki pergi melaju meninggalkan rumahnya.

Gweboon sangat senang menjadi kekasih Jinki. Hidupnya sangat sempurna, lebih dari apapun yanh merasa kurang dari dirinya semua itu tertutupi karena Jinki.

Hari sudah semakin larut. Gweboon masuk kedalam rumahnya secara diam-diam. Membuka pintu rumahnya dan berjalan mengendap untuk masuk ke kamarnya.

"Apa tadi Jinki?" Kibum muncul begitu saja, membuat Gweboon terkejut karena kehadiran Kibum secara tiba-tiba.

Gweboon mengangguk sambil tersenyum.

Kibum berjalan mendekati Gweboon dengan wajah serius, menatap sinis saudara kembarnya.

"Jangan berpacaran dengan Jinki, Gwe." ucapnya, nadanya sangat serius.

"Apa maksudmu?" Gweboon tidak percaya dengan ucapan Kibum.

"Jangan berpacaran dengan pria itu! Ia tidak sebaik yang kau kira!" suaranya meninggi. Kibum tidak dapat menahan emosinya.

"Jinki itu pria yang baik! Kau tidak mengenalnya!" Gweboon tak mau kalah, ia meninggikan suaranya. Menahan air mata yang akan jatuh pada pipinya.

"Kau yang tidak mengenalnya!"

Kibum berjalan pergi meninggalkan Gweboon yang sedang mematung kebingungan.

Apa maksud Kibum? Apa maksud jika Jinki tak baik untuknya? Jinki telah banyak merubahnya menjadi lebih baik. Lalu, dimana letak tidak baik dari sisi Jinki yang seperti malaikat penolongnya?

Selesai~ hahahahaha…

Yang merasa ini menggantung, boleh protes sama autornya di comment biar dia baca. Wkwkwkwkkwkwkwkwkw…*NGAKAK ONLEN

*dan jika masih ada typo tolong kasih tau ya, ini sudah di koreksi tapi takut ada yang terlewat. 

Jangan lupa baca ff project anniversary SHINee lainya DISINI

 

 

 

 

 

 

 

kata kunci:

  • ff key shinee
  •  ff onkey SHINee
  •  ff kibum shinee
  •  ff kim kibum shinee
  •  ff shinee comedy
  •  fanfiction onkey comedy
  • fanfiction gweboon jinki
  •  fanfiction shinee key
  •  fanfiction SHINee comedy
  • ff jinboon

Add Comment